Dan akhirnya saya mengerti: "The man who can't be moved" inilah yang membuat saya, kamu, dan siapapun yang baca tulisan ini susah untuk moving on.
Lalu saya berpikir, kalaupun masih ada yang susah untuk moving on, kenapa musti lekas-lekas dipaksa. Terkadang menyimpan itu hal baik.
Dalam menyimpan harusnya kita belajar lebih apik mengurusi sesuatu, kita akan menjaganya supaya tidak berdebu, kita merawat, kita melindungi, kita belajar menjadi seperti Ibu.
Punya The man who can't be moved tidak selamanya merugi, bisa jadi semesta masih mempercayai orang tersebut kepada hatimu. Ataupun sebaliknya, orang itu selalu ada untuk menjaga hatimu. Tergantung kamu mau meresponinya seperti apa.
Surat ini saya tulis kepada The man who can't be moved di hati saya. Yang betah, begitu lama, selalu mendapatkan perlakuan khusus, selalu saya nomor satukan walau saya sudah punya orang lain. Selalu saya kangeni, walau kadang ia suka menyakiti.
Saya mau bilang apa lagi selain: mungkin suatu hari, kamu akan bangun di tempat tidurmu. Lalu berpikir, saya adalah orang yang tepat itu.
Saya berdoa, semoga kamu tidak terlambat menyadarinya.